Surat untuk Kahin

 I

Surat ini kutulis sejak aku mulai galau mengingatmu sebelum pergi

Kamu yang pernah mengenalku

Esok tiada lagi

Entah bagaimana ini?

 

II

Aku begitu khawatir padamu,

Padaku, pada kita

Berbulan-bulan aku rindu, tapi waktu hanya berlagu

Lalu berlaga seolah tak memungkinkan bagi kita untuk bertemu

Serta segenap alasan yang tak pantas disebut alasan

 

III

Ketika aku mulai berfikir apapun yang disebut perasaan padamu

Aku mencoba mengalihkannya pada sesuatu yang lain

Tapi apa kamu tau, itu sama saja menyakiti diri sendiri

 

IV

Hari-hari menjelang kepulanganmu terasa lebih sakit daripada menunggumu dalam beberapa waktu

Hari-hari ini aku merasa berada pada wilayah tak tercatat

Bagaimana ini?

 

V

Yang sangat indah adalah

Ketika duduk di bawah cahaya rembulan

Mendengarmu bercerita masa kanakmu,

Tuturmu tentang sandiwara, dan peran,

Tentang segenap emosi, tulisan, ruang berfikir, alam

Dan segenap kesabaranmu yang aku rindukan

Yang paling sepi adalah

Ketika kita berlari kala senja

Ah…sudahlah

 

VI

Esok, ketika libur tiba

Aku akan menengokmu

Berkenalan dengan kota dan kampung halamanmu

 

VII

Esok, setelah studyku dari sebuah sistem yang aneh itu berakhir,

Kamu akan datang pada perayaan itu bukan?

Dimana mereka yang purna mengenakan jubah hitam besar dan topi yang aneh,

Mereka biasa menyebutnya toga

 

VIII

Kamu ingat,

Kita sering mengangis dibawah gerimis

Dan aku selalu mencoba menghapus air matamu yang tak pernah menetes

Dan kamu selalu berkata “kenapa kesedihan yang dibagikan?bukankah kebahagiaan lebih layak dibagi?”

 

IX

Kamu yang tiba-tiba menghilang

Dan aku mencarimu di rumpunan cyber

Juga dalam nomor-nomor yang ganjil

Pesan singkat yang tak kunjung kau balas

Bikin berdenyut segala di tubuhku

 

X

Di akhir tahun yang selalu sepi

Mengingat mereka meniup terompet usang yang terbakar senyum bulan kemarin

Di akhir tahun yang itu-itu saja

Dengan segenap kenangan

Aku ikhlaskan kepulanganmu

 

 

Desember, 2009

 

 

 

 

 

 

 

 

Peri Merah Jambu Berwajah Ungu

Peri merah jambu terbang memungut cahya

kunang-kunang dan bintang

di wajahnya yang ungu

selaksa do’a mereka tiup pada setiap nafas

dengan tongkat mereka ayunkan

harapan

abra ka dabra

peri merah jambu berwajah ungu

lompat-melompat di lahan bunga-bunga

lalu merapat

menjelma formasi sesuka hati

peri merah jambu berwajah ungu

dengarkan setiap keluhan

mereka yang menangis minta susu, juga yang ditinggal ibunya

di kardus yang bau

peri merah jambu berwajah ungu

kami minta boneka barby, permen lolypop dan harum manis

minta jajanan warna-warni tanpa bahan pengawet

juga mainan tanpa bahan berbahaya

peri merah jambu berwajah ungu

ajari kami bagaimana

memungut rembulan

 

November 2009

 

Monolog Sunyi

/ Oh, begitu rupanya

Ternyata tuan ini suka mengada-ada

Suka menjebak kami pada lingkaran yang sadis dan lucu

Selamat tuan pendeta suci, gus, atau apalah sebutannya

// Ah, kamu ini bisa saja,

Aku hanya ingin memberi pelajaran bagi hawa

Juga para pengikutnya

aku senang bermain dengan mereka

Mereka begitu lucu

Dan suka diperlakukan seperti itu

/// Tuan-tuan ini bicara apa?

Perempuan? Ha..ha..ha

saya, heran dengan mereka

Mereka suka bicara yang tidak perlu dibicarakan

yang tidak semestinya,

Suka menipu untuk menjaga keagungan citranya

Padahal mereka menipu diri sendiri

Perempuan, melulu kecipak kolam mainan dan ranjang

//// Astaga,

Itu tidak benar, perempuan begitu mulia, lembut dan suci

Cinta perempuan begitu dahsyat

Tuan pendeta suci seharusnya juga tidak memperlakukan mereka seperti itu

Dan anda tuan, anda juga berbicara tidak semestinya

Hal ini memang banyak terjadi di dunia yang sudah tidak waras ini

Tapi tidak perlu dibicarakan

// Aku tidak peduli pada kalian keparat kecil,

Pergi dan biarkan aku bertapa di peraduan malamku yang binal

2009

Abu Dzar Al-Ghifari

Masa ini begitu sunyi kuarungi

aku berada pada wilayah tak tercatat

 

Katamu:

Kenangan seperti genangan hujan

dan aku masih mengenang:

ada apa dengan matamu, sayang

 

ia basah,

aku melihat Abu Dzar

bersemayam di matamu

 

2009

 

 

 

Sajak Rindu II

Masih ku tuai

riwayat nabi-nabi yang kau tanam dalam sepiku

malam hujan bintang-bintang

rembulan merekah saat ayatmu mengalun

dan pucuk-pucuk daun dendangkan tasniah

_______Telah lahir dari rahimmu,

Bibirmu,

Juga matamu, sayang

Hai kau, penyelamat zaman________

2009

Sajak Pulang

Mak, abu pulang

Bekalmu tiada

Kantung do’amu bocor

Malammalam abu sisa gerimis

Layar abu diamuk badai

Sampan ini dampar di suluh rindu

Sesat di wilayah yang tak tercatat

 

Abu hanya ingin pulang mak,

Kalaupun abu menangis kini atau esok

Abu hanya ingin pulang

Pada nurani dan selaut nyanyiannya

 

_____Abu merasa, dunia benar-benar sudah tidak waras untuk kusinggahi

Kebaikan seumur hidup, dirusak keburukan satu masa_____

 

 

2009

 

Surat Lebaran buat Emak

I

Mak, Abu tak pulang

paket do’amu sudah kuterima

dan kuamini

apa salam dosaku juga sudah kau terima Mak?

abu telah menitipkannya pada kereta senja

di sepanjang gerbong yang sudah sesak peluh dan harapan

karena tiap-tiap gerbong sudah tak mampu menampung sisa dosaku

maka, kupaketkan sisanya lewat surat saja mak,

II

Jangan menangis hanya karena menerima dosaku mak,

dosaku kukirim tidak untuk kau tangisi, 

dosaku kukirim untuk kau maafkan,

balaslah surat berisi dosa ini mak, ku tunggu maafmu

 

2009

 

Sajak Rindu

pada larik hujan yang tanggal di bulan ini

ku titipkan selaksa rindu bagi senja di wajahmu

dan matamu  yang ungu

 

2009

 

 

 

Pada suatu Petang di Tikungan yang Sunyi


Petang, seperti mimpi,

kita terpejam kemudian menjelma yang lainnya

sepertinya kita bukan yang ada

 

petang, seperti mimpi

setiap kita terbagun

seolah tersadar

kemudian hilang

 

mimpi, seperti petang

senjanya bertabur di kedalaman sunyi

petang, seperti abu

lengang disetiap tikungan

 

langit abu

malam, hujan bintangbintang

 

maka pada setiap sujud

kita rapalkan senandung sunyi

hingga ke dasar petang

 

barangkali selaksa purnama

bersinar dipadang do’a

 

petang ini,

kita hanya terpejam

sebentar

sesekali meratap sesuatu

lalu esok akan kembali

seperti muasalnya

setelah fajar menghantarkan hawanya

kemudian matahari menjulurkan lidahnya

 

2009

Istirah Perburuanmu

                    -Siti sukriyah

aku membaca selaut nyanyian

penjaga sungai-sungai dan lembah

dari bibir kekasihku

 

disetiap waktunya,

ia melewati ruang paling abu

dan menemukan ainul hayat

 

ia hidup

dari bibir kekasihku

 

maka yang kau buru

adalah ia, yang hidup di bumi berpasir merah

dan dari tepi zaman

yang membuat manusia berputarputar seperti pusaran gelombang,

akan kau temukan para prajurit menyesal

dengan zamrud dan yakut yang mereka ragukan

 

sekali lagi,

ia hidup

dari bibir kekasihku

 

2009

 

 

 

melawat rumah singgah

aku hilang peta, harta dan nama

meninggalkannya, seperti abu

seperti puisipuisi yang kacau

dan kini selepas kembaliku

ia menjelma kupukupu yang merawat puisi di taman kambojanya sendiri

Suatu Petang di Kebumen

 -rakai lukman

sepi, tak ada tawa udara
tak ada kulit legammu
tak ada keluh “aku ingin pulang”
tak ada pakaian kumalmu
juga telur kutu yang kau banggakn
tak ada teriakanteriakan yang diatur
tak ada sepatu berlubangmu
tak ada lompatanlompatan aneh
tak ada truk yang menunggu pulang
tak ada jeans dekilmu yang bendel dan suka melorot
tak ada lirikan mata dan senyuman malumalu
juga romantika basi di pantai bocor
tak ada bangku dilantai dua tuk melihat bulan
tak ada bintang dan lelaki yang memungut kata untuk bekal pulang
tak ada bahu baumu juga kecupan terkejut
tak ada genggaman tangan dan sepasang kekasih
yang sedang jalanjalan dipagi yang lengang
tak ada

Juli, 2008

Surat Abu II

Mak, abu pulang
Bawakan obituari  
Karena rumah-rumah kembali terbakar
Karena sudah tak ada upacara bendera
Tak ada pemungut bambu runcing
Kini kami kebagian memungut tafsir di belantara modernisasi
Ah, lelah Mak

2009

Tamasya Padang Do’a

Selamat datang bulan berbinar
Telah kami taburkan bunga rindu 
Pada secarik surat
Alif dan nuun
Menantimu dengan
Aroma dzikir sewangi misik
dan malam-malam selembut zaitun
Yang mengurai sajakmu
Memanggil-manggil sukma dalam untai tasbih
Mengendarai bentang sajadah,mari bertamasya ke padang doa 

2009

LELAKI YANG HILANG DALAM MESIN ATM

Arum Fatima

 

Tepat pukul empat sore, lelaki setengah baya itu masih menunggu antrean panjang demi mengambil uang dari mesin ATM satu-satunya di kota itu. Antrean masih sangat panjang hingga lelaki itu tak dapat melihat kotak ATM yang berada dalam ruang kaca selebar dua meter. Ini kali ke seratus ia pergi ke ATM untuk mengambil uang dalam seratus hari terakhir ini, jadi setiap hari dalam seratus hari terakhir ini dia mengambil uang setiap hari. Tapi kami semua yang tinggal di daerah tempat ia bermukim tak pernah tau uang yang selalu diambil setiap hari itu dipergunakan untuk apa padahal ia hanya hidup sendiri, melajang maksudku.

 

Janggal sekali, di satu kota hanya ada satu mesin uang padahal kota itu pernah cukup maju dengan segala teknologi canggihnya, entah ada peristiwa apa di balik itu semua, segala yang ada di kota itu yang berbau teknologi dan informasi rusak dan hangus terbakar. Kami tertidur dalam waktu yang cukup lama sebelum tiba-tiba menyaksikan kota kami berantakan, entahlah, kami sendiri tak dapat menceritakannya secara jelas, karena kami sendiri tidak menyadari apa-apa, yang kami tau ketika terbangun, segalanya sudah hancur berantakan, kota yang penuh asap dari bekas mesin-mesin yang terbakar. Kami dan mereka sengaja membiarkan kota berantakan. Kami pernah mencoba memvereskan dan membersihkan sisa mesin-mesin yang terbakar, tapi di tempat lain, mesin yang lain juga hangus berasap dan jumlahnya ratusan setiap hari, mereka seperti robot-robot yang terbakar.

 

Kini senja, lelaki itu masih menunggu saja dan masih belum kelihatan juga ujung antrean itu. Sampai antrean belakangnya bosan dan tidak kuat mengantre dan satu persatu pergi sehingga tinggal ia saja yang antre paling belakang. Senjapun mulai habis waktu untuk bertugas. Senja pergi, digantikan oleh rembulan yang datang untuk menemaninya mengantre agar lelaki itu tak jenuh. Memang, senja dan rembulan ditugaskan untuk kerja Shift, bergantian maksudku. Bergantian menemani lelaki itu menunggu.

 

Semakin lama, rembulan makin pucat karena capek berdiri menemani lelaki itu, sebenarnya rembulan ingin cepat pergi, tapi waktu bertugasnya belum habis, seketika setelah waktu bertugasnya habis, rembulan segera menelpon fajar untuk cepat datang menggantikannya, tak lama kemudian, fajar datang, lalu bertanya kepada rembulan:”apakah lelaki itu masih terus menunggu, dia khan antrean terakhir, bikin capek dan susah saja”

Sudahlah, tugas kita hanya menungguinya, agar dia tak jenuh, bukan untuk menggerutu” balas rembulan.

“iya, iya, sekarang kamu pulang aja istirahat”tegas fajar

Rembulan lalu bergegas dengan wajah pucat menuju peraduannya. Dan giliran fajar tugasnya hanya sebentar saja lalu digantikan kakaknya, namanya mentari, waktu bertugas mentari lamanya hampir sama dengan rembulan. Hanya saja mentari lebih tangguh dan daya tahan tubuhnya sangat bagus.

Ini merupakan waktu terlama yang digunakan lelaki itu untuk mengantre. Padahal sebelumnya hanya sekitar dua menit sampai lima belas menit saja, entah berapa antrean yang ada di depanya hingga bilik sempit tempat keluarnya uang dari mesin yang aneh itu tak terlihat lagi.

 

Mentari mulai langsir, sudah waktunya senja menggantikannya. Perlahan lahan atrean itu mulai susut hingga bilik sempit tempat mesin uang itu terlihat dari kejauhan. Semakin dekat dari bilik, semakin berdebar pula hati lelaki itu karena membayangkan apa saja yang nantinya akan dibeli setelah mengambil uang dan keluar dari bilik itu. Tinggal lima orang lagi yang mengantre, kali ini tidak ada antrean lagi, dan yang terakhir adalah lelaki itu, yah kira-kira lima belas menit lagi waktu yang dibutuhkannya untuk menunggu. Setelah antrean didepannya habis, lelaki itu masuk ke bilik bermesin aneh itu dengan hati seperti dipacu kuda, ia tenangkan dirinya dengan menarik nafas dan mengeluarkannya dari mulut perlahan-lahan dan setelah cukup tenang, ia mulai memasukkan kartu kreditnya ke dalam mesin uang itu dan memasukkan nomor PIN yang hanya boleh diketahui oleh pemiliknya saja. Namun harapannya untuk mendapatkan uang dari mesin itu lanyap sudah seketika setelah ia berkali-kali salah memasukkan nomor PIN. Padahal ia telah menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mangantre, bahkan melibatkan senja, rembulan, fajar dan mentari untuk menemaninya, terlebih lagi ia telah menjanjikan gaji yang tidak sedikit untuk mereka dan kini ia dapati dirinya dengan tumpukan hutang, lungkrah di depan mesin yang kaya itu, mesin yang dipujanya selama ini. Tak lama lelaki itu mengiba, Ia terkesiap tak mau kalah dan diremehkan mesin itu begitu saja. Berulang ia pukul mesin aneh itu, dan umpatan tak pelak keluar dari mulutnya”mesin edan, mesin biadab”. Lelaki itu masih saja memukul-mukul mesin itu hingga fajar berganti mentari berganti senja. Tiba-tiba mesin itu mengeluarkan bunyi-bunyian aneh ketika menjelang datang rembulan. Bunyi itu semakin mengiang di telinga, semakin lama memekakkan gendang telinga, lelaki itu terhuyung dalam kamar ATM bersama mesin yang membawa sial baginya itu. Tubuhnya terpental dan berputar-putar mengambang seperti digerakkan energi magis yang tak pernah terkira selama ini. Disusul bunyi ledakan-ledakan, sahut menyahut dan sangat parau. Tentunya membuat orang ngilu dan risih mendengarnya apalagi suara-suara itu sangat dekat. Anehnya, tak ada peristiwa yang digambarkan suara-suara yang ada. Hanya ada suara ledakan, tak ada ledakan, hanya ada suara tembakan, tak ada orang menembak. Suasana tiba-tiba hening, semua hilang, parau hilang, ledakan hilang, senyap dan lelaki itupun hilang.


Malaikat Bersayap Satu

-Dewi Sartika

Dew, bagaimana mungkin malaikat abu
yang kau ciptakan dapat ku lihat
ia berlari mengembangkan sayap abunya
merapat padaku dan membangunkan bulu-bulu lembutku

Dew, malaikatmu menakutiku dengan sayatan lukanya
Membuat tubuhku meringkuk
meski ia hanya bersanding, tidak berkata dan menyentuhku

kau tau, semula aku mengira ia bukan malaikat karena sayapnya abu
dan jubahnya hitam seperti jelaga di tungku dapur ibuku
tapi bulunya jatuh dan hilang
matanya ungu begitu lengang
menyimpan renyai
pada lipatan wajahnya
dan lekuk tubuh mungilnya
menyisakan selaksa do’a pada jutaan lilin tua

kini aku percaya, ia malaikat yang kau ciptakan
dari segala mata air air mata

2009

Pengantin Abu II

Sunyi, ia letakkan tangan di sela jendela
Memanggil-manggil sukma dalam derai rindu
Sunyi, ia utaskan tali dalam nama-nama dan ketidakpastian
Menyusur ingatan di pangkuan bulan merah jambu
Di bilik rumah tak bertuan
bersama bunga-bunga mengetuk pintu memory
Mengalun gumamannya ”cinta, seperti potongan cermin yang kupungut di jalanan”

2009

Pengelana yang Lupa Pulang


Anakku,
pengelana yang lupa pulang
lupa pada kampung dalam dadamu
pada puisi dan senandung Nabi-nabi
meniupkan pesan padamu
anakku,
Bismillahmu masih berdengung
masih hangat di telinga ibu, nak
meski ratusan bulan berganti
daratan menjelma gigir lautan, rembulan pecah, matahari merapat
bintang-bintang saling bentur, gunung-gunung menghambur
memuntahkan kesunyiannya
sungguh, Bismillahmu
masih berdengung
maka jangan kau catat muslihat
dalam rencana-rencana
waktu yang gugur
seperti daun-daun jatuh di atas kuburan
anakku,
Pengelana yang gugur dalam sajak
Tumbang dalam pasai
zaman yang membuatmu berputar-putar
seperti pusaran gelombang
mencuri tubuh, lalu tak pernah melabuh

Mei, 2009

Monolog Cinta

kau bilang kutawarkan cinta kontan
kau bayar pakai cicilan

maka kutagih setiap hari
agar hutang tak menumpuk di malam minggu

nanti ku buatkan bukti pembayaran
kalau cinta sudah lunas

Kalau begitu, berarti cinta bisa dibeli?
Berapa?

Hanya dengan beberapa kali jalan-jalan, nonton, makan dan senang-senang

Berarti cintanya palsu donk!

Ya cinta yang senang-senang saja itu cinta palsu

Yang cinta murni gimana?

Cinta yang tidak hanya senang-senang saja, tapi cinta yang tanggung jawab, cinta yang tidak pura-pura dan apa adanya

Contohnya!

Cinta yang tidak berlebih-lebihan, kalau ketemu biasa saja ndak perlu dandan, ndak perlu pakai parfum dan minyak rambut, ndak perlu bawa bunga

Berarti nggak modal donk

Justru itu, pasangan yang selalu menuntut ini itu, berarti cintanya juga palsu, cintanya rambut klimis dan bunga, cintanya bukan pada orangnya tapi penampilannya

Kok bisa

Ya bisa saja, yang seperti itu kalau orangnya sudah habis parfum dan minyak wanginya, selalu mencari cara untuk menutupi kekurangannya

Lalu

Jangan suka minta yang aneh-aneh apalagi sampai ngomel kalau ndak dituruti

Emangnya kenapa?

Ya karena cinta itu lembut. Tidak banyak menuntut, kecuali untuk kebaikan bersama, cinta itu ndak bicara kasar, jadi jangan suka bicara kasar

Oo gitu, tapi kog bisa ya

Ya bisa, karena Maroeli Simbolon bilang “Cinta, Tai Kucing”

SMS untuk kartini

Mau sms ndak? Ada gratisan lho

Oh iya, aku mau sms

Sms siapa?

Sms kartini, mau tak suruh pulang

Loh, bukannya kartini ndak bisa pulang, khan sudah jadi nama pantai di Jepara

Hus..bukan, itu khan RA. Kartini, yang sopan donk

Ya maap, lalu kartini yang mana?

Kartini yang pergi ke dunia modern tapi tidak tau unggah-ungguh

Oo, kartini yang itu

Iya, dan kartini yang suka bangun kesiangan, juga kartini yang tersesat dalam dunia mode

Yang mana? saudaramu yang namanya kartini kok banyak , kalau yang itu kartini yang mana?

Itu sih saudara jauh, kartini yang jadi miss Indonesia, Miss Universe,dan… pokoknya serba miss deh

Kalau Miss U termasuk juga?


April, 2009

parodi telat

telat membayar ucapan selamat ulang tahun, didenda berapa ya?
telat datang ke pesta kesunyian, hukumannya apa ya?
datang tak dijemput, pulang dianterin donk...

telat pergi sekolah,biasanya push-up sepuluh kali, kalau tidak,
malah diberi hadiah abadi dari undian berhadiah tato pecut.
telat ngantor, kantong kendor
telat gajian, mati sapari*
telat bangun, aliran dana sendat
telat datang bulan, tunggu aja matahari
telat turunkan harga hukumannya apa ya? siapa yang mau usul? tuyul
para petinggi sadarnya telat
tau-tau sudah jadi mayat
HORE! budayakan telat

nb: telat mati sia-sia, Alhamdulillah hirobbil alamin

2009

Pelajaran Matematika II

malam pesan meja nomor sembilan di restoran yang mewajibkan pembelinya berbaring dengan selaksa kebohongan membayar menumenu yang dipesan dengan harga jenaka, malam belajar makan seporsi bokapbulary, minum beberapa botol air mata yang diperas ibu, dan lalapan sambal pengampunan di pucuk doa, selesai santapan, si malam membayar di kasir tanda tanya dengan beberapa lembar kesenyapan

pelajaran matematika I

kemarin, orang mengaku guru matematika datang kesekolah bicara cara membuat perhitungan singkat angkaangka apak dan ramalan cuaca
mengajari menghitung mayatmayat dan memasukkannya dalam kantung seharga lima puluh ribu, mengajari menghitung ukuran liang lahat dengan kalkulator yang baru kubeli
bukubuku dikepala orangorang ditukar sesaji, barang antik dan klenik yang makin menggelitik.
aneh, guru matematika mengajari cara memasak, membuat makanan cepat saji yang dihidangkan dengan bangkai dan formalin dimanamana
ia juga mengajari menari dengan tarian setan

Februari, 2009

sajak rembulan

rembulan merampok wajah ibu
wajah yang luka oleh tamparan zaman
rembulan merampok wajah para dewi
menjelmakannya dengan make-up tepung
lalu dipajang di etalase mirip manekinmanekin
yang pasrah bermuram
rembulan balik dirampok lampu mercury
bolam warnawarni dan kerlap kerlip di sisi kota
yang ditata dengan serpihan dan tetes keringat ibu
rembulan dicuri perempuan sunyi
dihias di trotoar dengan gincu dan sepatu hak tinggi
yang dibeli dari malmal bermerek angka
yang dihitung dari setiap tetes air mata ibu
rembulan menjelma perempuan palsu
menyembunyikan sinar dari rahim cahaya
rembulan berbaju putih
padahal sebenarnya abu
rembulan capek di interogasi dan dituduh penipu
bagaimana jika kau saja yang jadi rembulan?

Februari, 2009

Serpihan Senja

kekasihku malaikat abu
dicuri rembulan bersayap satu
kini tubuhku disepuh gerimis
mungkin pula tubuhmu dilukai hujan
bila selaksa doa tak mampu mengembalikanmu
air mata berbulanbulan
pun tak mampu mencuci lukamu
biarlah darah ini mengaliri tubuhmu
menggantikan nyawa untuk para kekasihNya

Januari, 2009

abu

Tempias hujan dalam temaram
Ikuti arah mata angin yang gamang
Rembulan lindap
Katakata berserakan dalam gelap

Lalu bagaimana menerka warna bunga
Bila cahaya telah habis dilumat kelam
Dan kolamkolam pekat darah
Cuaca tak sepakat goreskan warna
Bagi seluruh dataran yang abu
Burungburung tak kuasa bernyanyi
Diantara ledakanledakan
Diantara rumahrumah yang menjelma puing
Debu menjadi nafas
Ayah dan ibu menjelma boneka berdarah
Rumahrumah menjelma obor raksasa
Teman sepermainan menjelma bangkai
Kota dan aku menjelma abu

Januari, 2009

menjabat tangan angin

menunggu anak musim digigir gelombang
aku tegun
matahari ketlingsut di perahu nelayan

Bintaro, Januari 2009