Lelaki Empat Kaki

dua kaki mereka untuk menyangga tubuh mereka

Satu kaki mereka untuk menjaga wibawa dan kecemasan

Dan satu kaki yang terakhir adalah perempuan untuk menyangga dosanya.

Mei 2011

Do’a Abu

Cukup ibu, Abu yang tak pernah dikenal tak perlu kau cemas

Lebih baik abu tak pernah ada, daripada terlahir untuk membalas dendam

Mei 2011

Do’a Tapokisp

Kunamai ia hujan abu, tidak ada yang merayakan resepsi kelahirannya, orang-orang lari dengan keributannya sendiri, mereka pontang-panting menjinjing kepanikannya masing-masing. Mungkin nanti nasibmu tak sebaik mereka yang lahir dari kawah yang kudus. Tidur, nak, tidur selamanya. Dalam tidur yang panjang kita menjelma gunung api dan kita luluhlantakan bumi ayahmu dengan lava dan awan hitam yang begitu ganas. Tidur nak, tenang nak, saatnya pasti datang.

Mei, 2011

Kepada Badai

Lalu malam menjelma fajar yang berlari membawa dirinya sendiri, kepada badai yang datang dengan segala malapetaka, lalu pergi meninggalkan malapetaka. Di bumi ibu yang tak pernah menjelma ibu, badai yang tak bisa dipanggil, juga tak bisa berlalu begitu saja tapa membawa kemarahan ibu yang tak pernah menjelma ibu. Kepada badai yang meninggalkan malapetaka.

Mei 2011

Tuan Boska

Ehm, Bagaimana kabar tuan?

Apa kau tak mempunyai pengelihatanmu hingga tak bisa melihatku yang segar bugar ini

Kenapa tuan bertanya begitu, apa tuan tak mempunyai pengelihatan tuan, hingga tak bisa melihat bahwa saya punya pengelihatan?

Hah,,kau ini lancang , pengawal,bawa budak kurang ajar ini

Eit, tunggu tuan, bagaimana jika nanti saya jauh dari tuan, bukankah si peramal buta telah mengatakan jika kita berjauhan tuan, kota ini akan terkena bencana. Malapetaka menimpa kita semua

April, 2011


Apa dan Siapa yang Gila

Rambutnya sebahu dan acak-acakan, nampak tidak terawatt dalam waktu yang cukup lama. Kaki, tangan dan wajahnya kotor tanah dan debu hingga nampak kehitaman. Tubuhnya tertutup kain usang dan kumal hingga nampak tak pernah sedikitpun tercuci dan tersuci. Lelaki itu duduk di bawah pohon asem, di sebelah hotel dan bangunan belanda kawasan Malioboro. Ia menyapa, melambaikan tangannya pada saya dengan senyum dan salam. Saya hampir meneteskan air mata ketika itu. Mengingat setiap orang yang lewat pada umumnya merasa waras menyebuit-nyebutnya, memanggil-manggil nama kamum mereka dengan sebutan ”gila” meskipun mereka menyebutnya di dalam hati.

Siapa yang sebenarnya gila? Yang bernafsu memenuhi segala kebutuhan dan segala ketidakbutuhan dengan menghalalhkan segala cara atau yang menepikan segala kebutuhan dengan segala ketidakbutuhan secara semeleh dan rendah hati. Siapa yang disebut gila?sementara mereka yang mengira dirinya waras telah lupa pada apa sebenarnya yang dicari dan bagaimana memenuhinya. Sementara mereka yang mengira diri mereka waras tidak mampu lagi menahan keinginannya untuk berlebihan dalam segala hal.

Ia yang kulihat jauh di sana jauh lebih waras karena menyapa siapa saya yang lewat, ia melayangkan senyum tanpa perlu berfikir siapa saja, tanpa harus tahu siapa yang ia lihat, siapa yang ia temui, apakah itu pencuri atau ahli fikir, apakah cantik atau tidak cantik, apakah seksi atau tidak seksi, apakah cerdasatau dungu, kaya atau tidak kaya.

Sementara orang-orang waras, apakah mereka saling menbyapa meski telah lama mengenal?apakah mereka menunjukkan kasih sayang semama manusia meski tidak saling mengenal?bahkan ia pun lebih tahu hal itu dari pada orang-orang yang pendidikannya terlalu tinggi.

Ia yang kulihat disana jauh lebih waras karena tidak sibuk berprasangka, tidak sibuk memikirkan bagaimana harus mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari apa yang dilakukan, ia tak perlu korupsi seperti orang-orang yang katanya wareas dan berpendidikan. Ia tak perlu menerima suap karena apa yang ia kerjakan dan ia lihat cukup menjadi suap baginya.

Ia tak perlu memikirkan bagaimana membeli barang-barang baru, ia tak berpakaian segrlamour mungkin seperti yang difikirkan orang lalu lalang di depannya tanpa permisi. Ia tak perlu membuat diri semenarik mungkin tanpa cacat sedikitpun dengan pekaian yang harganya melebihi biaya hidup satu tahun bagi sebagian orang karena yang ia kenakan adalah pakaian paling sempurna yaitu pakaian kejujuran.

Ia tak perlu repot dengan gengsi, tidak perlu kemaruk dengan uang, tidak perlu pamer, tidak sibuk dengan citra diri. Ia sangat berbeda dengan orang-orang yang katanya berpendidikan tinggi dan sukses namun saling rebut kekuasaan. Apanya yang sukses?

Ia berbeda dengan ahli fikir yang suka berdebat hingga mulutnya berbusa, ia berbeda dengan ahli agama yang saling menghujat dan saling mengkafirkan.

Masih belum kulupa wajah itu, wajah paling teduh seantero malioboro. Orang-orang sibuk berjalan mengejar mal, hotel, baju dan perhiasan. Sementara wajah itu, ya, wajah tiu diacuhkan dan diludahi. diakah kekasihNya yang waras meski terpinggirkan dan dihujat disetiap hati orang-orang yang lewat di depannya/menunjuk-nunjuknya dari kejauhan sambil menertawakannya. Namun ia tidak marah atau mengeluh sedikitpun. Ia selalu gembira meski tak punya apa-apa, namun kenapa yang punya mobil, rumah mewah, dan kekuasaan masih saja marah dan cemberut serta mengeluhkan apa yang dimiliki. Sebenarnya apa dan siapa yang gila?

22 Sept 2011

Meningkat di Bulan Syawal

Waktu bergulir,dunia semakin cepat berlari hingga kita tak mampu mengejarnya. Ramadhan telah berlalu meninggalkan kita atau kita atau kita yang berlalu meninggalkan dan melupakan ramadhan?

Syawal, ya, terkadang kita sering menafsirkan syawal semau kita. ”meningkat”, apakah benar peningkatan dalam taqwa?atau peningkatan porsi makan?peningkatan nafsu makan, nafsu membeli hape dan motor baru, nafsu menghujat, nafsu korupsi, nafsu membicarakan aib orang lain, nafsu berpuasa hingga kitapun sering menghujat orang yang tidak berpuasa pada bulan syawal dengan dalil-dalil yang memojokkan mereka dan dengan sindiran-sindiran kecut yang menyakitkan mereka.

Di televisi, saat ramadhan semua tayangan berbau puasa. Iklan, lawakan dan sinetron yang sok islami. Gosip yang sok islami pula. Mereka menayangkan perempuan-perempuan yang rela dilecehkan untuk berperan menjadi iblis dengan segala kedustaan dan kelicikannya.

Hanya saat ramadhan, organisasi, kampus dan media-media sibuk menyelenggarakan diskusi-diskusi bermuatan puasa. Namun saat syawal menggelar syawalan sebagai pembuka bulan foya-foya. Kembali pada fitrah yang ditafsirkan dengan ganjil. Fitrah yang mana?fitrah yang suci atau kotor? Kembali curang, kembali cuek pada tetangga, kembali pelit, kembali ngrasani, kembali berdusta, kembali berzina dengan gambar-gambar telanjang tanpa sadar diri sendiri sudah telanjang. Ha ha hai, khan ramadhan sudah lewat jadi nggak perlu mikirin ”malu kalau tidak puasa” (puasa sebagai trend dan gengsi dong?). dipikirnya sudah suci setelah ramadhan? Dipikirnya sudah sudah bebas melakukan kesalahan baru karena telah dimaafkan? Memangnya siapa kita ini?

Allah berkata dalam surat Al-Baqarah 183 bahwa tujuan puasa adalah agar kamu bertakwa. Bertaqwa yang seperti apa?

Saat ramadhan sudah pasti berpuasa, tapi puasa belum tentu ramadahan. Berpuasa sudah pasti berusaha mensucikan diri tpai bukan berarti sok suci sehingga merasa bertaqwa dan bebas menggurui orang-lain dengan cara-cara yang menyakitkan. Menang melawan hawa nafsu dan kembali suci itu hak Nya. Karena Dia tahu betul soal diri kalian ketika menjadikanmu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu, maka janganlah kamu sok suci-sucikan dirimu, Dia tahu betul siapa yang palingh bertaqwa. (An-Najm 32).

Lalu bagaimana mengejar ketertinggalan kita?kita berlari ke arah kemenangan modernisasi namun kita tidak sadar telah menuju kebinasaan masal. Peningkatan yang mana yang disebut-sebut dalam setiap ceramah syawalan jika realitanya kita jauh tertinggal?terhempas dalam ke sok sucian diri.

25 Syawal 1432H