P E R T E M U A N


                    *Nurul Chasyanah

Lebih Sewindu
Engkau pergi dengan puisi
Hujan penuh di matamu
Sembunyi perih pada
lesung pipimu yang lengang

Kulipat rapi guguran doa
Sepanjang liku jalanan
Tempat semayam rindu nan beku

Sewindu lebih
Kisah perantauan engkau aku
Entah dimana
Dalam pusaran waktu
Dan jarak
Sarat kelu ditempuhi

Jarak dan waktu lenyap
Dan kita menjadi kebal oleh luka
Kehilangan dan melupakan
Menjelma harga murah
Bagi aku
Engkau
Dengan namamu cahaya
Aku menyerah kepadamu
Melepasmu lebih satu dasawarsa

Kini
Engkau datang karena puisi
Hujan dan lautan kembali penuh di matamu
Dengan Cahaya namamu


Agustus 2016

P A M R I H

Kutabur biji bijian
Yang tumbuh rumput liar
Kutebar biji bijian
Yang berkembang rumput liar

Aku tak menebar tak menabur apapun
Yang tumbuh kehinaan

Kutanam biji bunga lalu berbungabunga
Keharumannya mulai bikin cemburu
Kutanam biji buah lalu berbuahbuah
Rasa lezatnya bikin terpaut

Kutanam pohon
Aku tak ikut berteduh
Kutanam racun
Khasiat jahatnya menjalari jiwaku

Kucangkul tanah
Kukubur rembulan yang sedang sedih
Karena terus menaburiku cahaya dingin

Jangan berharap apapun
Kata rembulan
Menanamlah
Meleburlah
Dalam lumpur
Yang kudus

Tanamlah rahasia
Dalam tanah yang dingin
Disiram lelaku agung
Sejajen rasa syukur
Bumi pertiwi
Agar kelak dewi sri tak kembali
Keracunan pupuk urea

20-08-2016



Malam Badai

Kukemas seluruh rasa terbaik tuk tualang di malam lengang
Menyimak peta dan keyakinan juga bekal sekantung doa sejak dalam kandungan
perjalanan agung diiringi lonceng para pertapa
Seruling syahdu menembus langit bertebaran gemintang
Ooo angin hijau, sabarlah sejenak biar kudaki terjal tanah ini.
Biar terjebak angkuhmu angkuhku
Biar merangkak berpegang rumputan basah
Terguling gelincir polosnya alam
Gemetar dan beku aku engkau
Terjang badai di malam bisu
Tak bertanya dimana puncak
Karena bagiku tak pernah ada
Meski rumpun edelweis bernyayi
Aku tidak akan kembali untuk mengambil apa yang sudah menjauh

08-2016

Kerdil

Ini tangan kecil kami
Tak mampu satu tuk bikin perahu
Ini kaki jelaga kami
Tak sanggup jalan di terjal bebatu
Lari atau menyingkir dari aral
Itulah kami yang penakut
Seribu kisah pemangku lilin tua
Amanat purba pengasuh pertiwi
Tubuh jelaga apa mau dikata
Kami pasrahkan tumbuhnya bunga abadi

2016