Lelayu

telah kau patahkan roman sepanjang masa

meninggalkan wajah yang sepah kau baca

hujamkan senja di punggung dan ubunku

___hien

berapa kalipun kukirim bangkai rembulan

tak pernah kau gerak dari semedimu

semedi yang mengantarmu

bercinta dengan dewa-dewa di ladang oranye

daun-daun ranggas

burung-burung ngungun

bayang-bayang menjauh dari batu-batu

___matamu masih saja pejam


candhik kala, 15 Januari 2010

Siluet

aku merasa seperti lelaki renta

yang berdiri dengan tongkatnya

sembari menatapi senja


Januari, 2010

Parodi

aku telah mengirim syair-syair kita ke tanah perbani

jika sayembara itu memenangkan kita

kelak kita bersua di sana kekasih


Januari, 2010

Obituari Anak Dara

Melati yang kutancapkan pada nisan museum ini

Tumbuh liar

Memecah diorama dan kaca-kaca

Mendekati matahari yang terjungkal

Di belakang museum

Kami tak hanya merajamnya,           

Tapi juga menghisap darah

Menebar kutukan

Melati-melati menjelma arca

 

Januari, 2010

 

Malam Perbani

Melewati Januari yang dingin

Musim sunyi mengaburkan

Paras suci yang muncul pada permukaan bulan

Seperti matamu yang selalu hujan

 

___saat itu pula, aku menemukanmu pada rindu yang purba

 

Dan kutegaskan sekali lagi padamu

Mencintaimu tak sekedar angka-angka

Ikrar picisan

Hamburan rayu dan pukau

Tapi menunggumu di tanah perbani

Lebih dari sekedar mencintaimu


Januari, 2010