Surat untuk Kahin

 I

Surat ini kutulis sejak aku mulai galau mengingatmu sebelum pergi

Kamu yang pernah mengenalku

Esok tiada lagi

Entah bagaimana ini?

 

II

Aku begitu khawatir padamu,

Padaku, pada kita

Berbulan-bulan aku rindu, tapi waktu hanya berlagu

Lalu berlaga seolah tak memungkinkan bagi kita untuk bertemu

Serta segenap alasan yang tak pantas disebut alasan

 

III

Ketika aku mulai berfikir apapun yang disebut perasaan padamu

Aku mencoba mengalihkannya pada sesuatu yang lain

Tapi apa kamu tau, itu sama saja menyakiti diri sendiri

 

IV

Hari-hari menjelang kepulanganmu terasa lebih sakit daripada menunggumu dalam beberapa waktu

Hari-hari ini aku merasa berada pada wilayah tak tercatat

Bagaimana ini?

 

V

Yang sangat indah adalah

Ketika duduk di bawah cahaya rembulan

Mendengarmu bercerita masa kanakmu,

Tuturmu tentang sandiwara, dan peran,

Tentang segenap emosi, tulisan, ruang berfikir, alam

Dan segenap kesabaranmu yang aku rindukan

Yang paling sepi adalah

Ketika kita berlari kala senja

Ah…sudahlah

 

VI

Esok, ketika libur tiba

Aku akan menengokmu

Berkenalan dengan kota dan kampung halamanmu

 

VII

Esok, setelah studyku dari sebuah sistem yang aneh itu berakhir,

Kamu akan datang pada perayaan itu bukan?

Dimana mereka yang purna mengenakan jubah hitam besar dan topi yang aneh,

Mereka biasa menyebutnya toga

 

VIII

Kamu ingat,

Kita sering mengangis dibawah gerimis

Dan aku selalu mencoba menghapus air matamu yang tak pernah menetes

Dan kamu selalu berkata “kenapa kesedihan yang dibagikan?bukankah kebahagiaan lebih layak dibagi?”

 

IX

Kamu yang tiba-tiba menghilang

Dan aku mencarimu di rumpunan cyber

Juga dalam nomor-nomor yang ganjil

Pesan singkat yang tak kunjung kau balas

Bikin berdenyut segala di tubuhku

 

X

Di akhir tahun yang selalu sepi

Mengingat mereka meniup terompet usang yang terbakar senyum bulan kemarin

Di akhir tahun yang itu-itu saja

Dengan segenap kenangan

Aku ikhlaskan kepulanganmu

 

 

Desember, 2009

 

 

 

 

 

 

 

 

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Duh.. jadi ter-bawa2 sedih membacanya..

Anonim mengatakan...

kahin = nikah ?