Hujan abu
Kelak akan kubakar dedaun basah
yang rembes menganak sungai
alir deras
sepakat hanyutkan dada kian karat
kujejali bibir yang kian sumbat
kalap dikerat gelagat anak masa
bulir perak ceceran
lalu sendat dicegat sekawanan keparat
mengerat erat dalam pekat
doadoa rebah beralas
perahu kertas yang menggasing dalam gelombang
jadi keringat pecah di belah pasang
serupa tontonan bagi tekateki yang belum jadi
Januari, 2008
Kuburan Abu
Matahari petak umpet di semak
petang mulai sangsai
rembulan mengerang di pucuk kamboja
tegun mengukir wajah gemintang
senja, telah mendedahkan segala berita
tentang kerinduan kemarau
pada jejarum anak mendung
bulirannya jadikan nisan tanpa nama
kini hujan abu genapkan kebisuan
jadi batu, lalu kelu dan gerutu
kelabu labuh setelah kayuh usia musim masam
kubur gugur bagi pencoreng kepala batu
Februari, 2008
Lelaki Abu
Lelaki abu
usik ritmis kepalang gerimis
bara tubuhnya mengabu abu
mencatat kebisingan
Lelaki acak rambut
dahi dan sudut matanya terlipat jadwal benah benah
usai bicara lingsut cuaca digelas kaca
kepul rokok lelap di kantung matanya
hingga kening rembulan keriput
tubuhnya masih menyisakan puisi
di rentetan petang aku mulai nyeri
lelaki abu singgahi ubun beku
Februari, 2008
Pengantin Abu
Kisah pengantin abu yang maharnya puisi
akad nikahnya dilangsungkan di bangku kosong
dengan selongsong omong kosong
dan buku harian belanja bolong
kolong ranjang tak gelinjang lagi
kecaman pecah tak dibuang di tong sampah
melainkan dikepala yang dikepal segepal bebal
sepasang pengantin abu
kembara ke kota boneka
menerka nasib dalam kalender yang sobek
sehari kemudian
persediaan makan tertinggal di jemuran
bising genting halaman rumah singgah
Februari, 2008
Bocah Abu
Mak, aku tak punya peta untuk tualang di malam lengang
kompasku benam di buru kenang
kunang kunang tak mampu
pertahankan waktu yang mulai sangsai dari ingatan
mesin pemburu bocah ingusan
Mak, aku tak punya uang untuk beli peta
uangku raib oleh kata kata
kantung doa mu juga bocor
kena pecahan kaca di trotoar
bekal sekerat tanda tanya dan sebotol air mata
dirampok preman yang goresan di pipinya makin menganga
udara serasa terlipat keringat
di nyala mercury aku sekarat
Februari, 2008
Lelaki Abu II
Lelaki abu
februari kelabu
mencari bekal kekal dari muasal
Pulang pergi
sebentuk detik bayang yang terselip lipatan cuaca
barangkali tetirah penunggu
kawal sampai usia terpancung di lahan musim semi
Gerimis dan udara bulan februari
menyimpanku serupa esbatu di kepalamu
kalender pulang pergi
mengangkut tubuhku yang akut
tertikam kuku ibu jarimu
sebentuk cincin petak umpet jari manis tangan kanan
menangkap asap rokok yang kau sebulkan sepekat pekat
barangkali catatan kebosananmu telah sampai halaman akhir
kertasnya tebar dikedua bola matamu
Februari 08
Lelaki Abu III
Menginap di rumahmu
suguhan bau mesiu dan debu nggebu
rumah yang mendesakku mencari benih gigih pagipagi
Rebahku di ranjang biru motif bunga lili
pintalannya mengikat lekat kepalaku
dengan komputer yang kerja keras di kelas sebelas
selimut bekas ku pakai dikamar sengkarut
bendera kancut carutmarut gantung tekateki di balik pintu
Di sini, bayanganmu ketlingsut di rak buku dan catatan abuabu
aku tak lelap, merapat katakata sekarat
Sarapan sekerat kunci rumah yang kau berikan semalam
pagi ini, kutemukan tubuhmu geletak di pintu belakang rumah
Maret 2008
00.02 - 01.53
Tekateki berlarian dalam pesan singkat telpon genggam
seperti angin ribut melesat bermalammalam
menyiapkan pesta kenaikan usia
di sebuah rumah yang makin tua
Disana,
perempuan perempuan menari dalam kulkas,
minuman bersoda dan esbatu
lagulagu kuyu keluar dari pintu ungu
melewati penunggu rumah yang kantuk disergap cuaca
Seseorang datang dengan pesan singkat
hadiah tanpa syarat dan kado mampat
mengacaukan pesta dengan tekateki yang kena kutukan
karena terlalu lama memeram kata
Aku hendak menamatkan ceracau dan makian
tapi hari terlalu dini untuk sebuah kekacauan
ya sudahlah, selamat ulang tahun
barangkali kau lupa menjemputku di stasiun
Tekatekiku kena kutukan ritual perburuan bermalammalam silam
6 Maret, 2008
Ayat Abu
Hujan tanggal di belahan rambutmu sayang
Di sana, mengkristal tetes kenangan
dan bayang kota yang bercumbu dengan kepedihan
daunan kering menjelma basah dan gemetar
terserak ranting kering menanggalkan pohon
angin membawaku mengikuti arah matamu
mengeja langkah yang kian dicacah gerutu
kulihat, kau kecup kening rembulan di balik rumpunan perdu
tangis di batu batu mulai menyerbu
kuburan bagi orangorang mati menistakan mata
aku pulang membawa sekujur hati yang redam
dalam senyap, api di tungku mulai menari hoyahoya
dendangkan kehangatan
senada ayat dalam puisi halaman pertengahan
yang kubacakan padamu saat aku mulai menerka warna pelangi
Maret ,2008
Langgam Subuh
Selepas subuh
tubuh lenguh dalam gaduh
meja kursi berantakan
catatan harian berserakan dalam adonan
siapkan sarapan lipatan masadepan
penggorengan pekat jelaga
menari asap di tungku yang purba
masakan mengapur
tunggu pelipur dalam sujud yang ajur
Maret, 2008
Bocah Senja
Bocah senja lungkrah jelajah peta
istirah bagi sekujur nanar dan kengerian
gubug renta tempat mengaduh
diguyur angin laut hingga dingin
meresapi tulangtulang
Gemonceng lonceng tanda akhir
gelayut di kuping sang bocah
ketakutan meloncat dari balik suara
mengeja perih
Bocah senja di haribaan pepasir dan anyir
daging segumpal sajak apak dan kerak tulang
lentera pucat dalam siluet jadi saksi bermalammalam
kalender sang bocah, keder tutup usia
Maret, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar